I . PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Evapotranspirasi
dapat menggambarkan jumlah air yang hilang dari badan air karena adanya
vegetasi. Jenis vegetasi mempengaruhi jumlah evapotranspirasi secara
signifikan. Karena air ditranspirasikan melalui daun yang mengalir dari akar,
tumbuhan yang akarnya menancap dalam ke bawah tanah mentranspirasikan air lebih
banyak. Tanaman semak umumnya mentranspirasikan air lebih sedikit dari tanaman
berkayu karena semak tidak memiliki akar yang sedalam tanaman kayu, dan daun yang
posisinya setinggi tanaman kayu. Tanaman
konifer meski memiliki daun yang tidak lebar,
dapat memiliki nilai transpirasi yang lebih tinggi dari tanaman berdaun lebar,
terutama di periode dormansi dan awal musim semi.
Faktor
yang mempengaruhi evapotranspirasi mencakup tahap pertumbuhan tanaman,
persentase tanah yang tertutup vegetasi,
radiasi
matahari,
kelembaban udara,
temperatur,
dan angin. Meski selama ini dipercaya bahwa vegetasni penutup tanah dapat mengurangi
jumlah air yang hilang dari tanah, namun pengujian isotop menunjukkan bahwa
transpirasi oleh tumbuhan adalah komponen yang lebih besar dari evaporasi.
Keberadaan vegetasi dapat menjaga jumlah air tanah karena
aliran permukaan dan
perkolasi dihambat sehingga memberikan waktu
bagi tanah untuk menyerap dan menahan air dari
presipitasi .
Dalam
ruang lingkup pertanian Air sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tumbuhan. Tanah menyusun 70%-80% dari
berat tumbuhan ketika tanaman masih hidup. Air juga berfungsi sebagai meadia
transportasi unsur hara dan terlibat dalam reaksi biokimia dalam sel tumbuhan. Tanaman memperoleh energi, dan sebenarnya semua
bahan penyusunnya diperoleh melalui proses fotosintesis. Dengan beberapa
pengecualian, tumbuh-tumbuhan darat mempunyai organ-organ fotosintesisnya, yang
dianggap hanya berupa daun-daun terbuka terhadap udara, yang sering sekali
mempunyai kemampuan tinggi untuk mengeluarkan air dan dari mana harus diambil
karbon dioksida.
B . Tujuan Praktikum
Kegiatan ini bertujuan untuk
menentukan besarnya nilai evapotranspirasi potensial dengan menggunakan
beberapa metode.
II . TINJAUAN PUSTAKA
Evapotranspirasi
adalah proses penguapan air yang berasal dari permukaan bentangan air atau dari
bahan padat yang mengandung air dan penguapan melalui jaringan tumbuhan melalui
stomata. Secara global air yang di uapkan melalui proses evapotranspirasi dari daratan
( termasuk permukaan air danau, waduk dan sungai ) adalah sebesar 0.6 geogram.
Uap air yang dihasilkan dari proses ini dari berbagai sumber di permukaan bumi
akan bergerak ke lapisan troposfer bumi (Lakitan, 1994).
Evapotranspirasi potensial akan berlangsung
bila pasokan air tidak terbatas bagi stomata tanaman dan permukaan tanah lebih
dekat pada fase dengan radiasi matahari karena sedikit panas disimpan oleh
tanaman dan stomata menutup selama malam hari. Variabilitas waktu
evapotranspirasi mengikuti pola yang sama seperti evaporasi permukaan air bebas
pada kawasan kawasan yang tidak kekurangan air. Pada daerah daerah yang kering
ia mungkin berbeda cukup basah (Seyhan, 1990).
Evapotranspirasi merupakan faktor
utama yang mempengaruhi produksi bahan kering karena itu merupakan penentu
produksi pertanian untuk suatu wilayah. Taksiran mengenai besarnya
evapotranspirasi yang mendekati kenyataan sangat penting bagi para ahli teknik
irigasi, ahli agronomi dan pihak lain yang berecimpung dalam bidang perencanaan
pertanian (Pasandaran dan Donald, 1984).
Rumus penman memberikan hasil yang
baik bagi besarnya penguapan air bebas Eo jika ditempat itu tidak ada
pengamatan dengan panci penguapan atau tidak ada studi neraca air (water
balance study). Hasil perhitungan dengan rumus ini lebih dapat dipercaya dengan
metode Thornthwaite. Meskipun rumus penman menghasilkan evaporasi dari
permukaan air bebas rumus ini dapat juga digunakan untuk menghitung
evapotranspirasi potensial dengan masukan faktor f (Soemarto, 1995).
Thornthwaite mendekati laju
evapotranspirasi potensial dengan menggunakan indeks panas bulanan, terutama
sekali untuk tanaman-tanaman yang rapat dan pendek. Seperti pada pendekatan
penman, posisi tempat di permukaan bumi merupakan faktor yang penting. Demikian
pula pada pendekatan ini, masih diperlukan koreksi terhadap nilai
evapotranspirasi potensial hipotetik dengan koefisien yang sesuai dengan loasi
dan bulannya (Harto, 1993).
III . METODOLOGI PRAKTIKUM
A . Tempat dan Waktu
Praktikum evapotranspirasi potensial
dilaksanakan di Laboratorium Teknik Tanah dan Air, Program Studi Teknik
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala pada hari kamis tanggal 26
Mei 2015 pukul 10.00 WIB
B . Alat dan Bahan
Dalam praktikum ini bahan yang digunakan
adalah:
1. Data
– data klimatologi bulanan berupa curah
hujan, suhu, kelembaban, sinar matahari dan kecepatan angin selama satu tahun
periode pengamatan.
2. Data
elevasi dan lintang stasiun meteorologi dari BMKG Indrapuri.
C . Cara Kerja
Dipersiapkan
data meteorologi dan lainnya yang dibutuhkan untuk menghitung Eto dengan metode
FAO Penmant – Monteith dan Thornwhaite. Dihitung nilai Eto bulanan FAO Penmant
– Monteith dengan mengacu pada form isian yang telah disediakan. Dihitung nilai
Eto bulanan Thornwhaite
IV . ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A . Data Hasil Pengamatan
Data hasil pengamatan terlampir di
lampiran
B . Analisa Data
Perhitungan menentukan
evapotranspirasi menggunakan metode FAO Penman-Monteith
Diketahui
:
Δ
0,217
Rn-G 9,734
Ү 0,067
T
27,7
U2 1,542
(es-ea) 0,506
(1+0.34
U2) 1,524
Sehingga
ETo =
= 3,068 mm/hari
Perhitungan untuk menentukan
evapotranspirasi dengan metode Thornwhaite
Diketahui
: T mean : 27.125
Sehingga
:
·
1.54 = 13,520
·
ETo = -0.0433T2 + 3.2244 T – 41.545
= 14.058
·
ETo*=15.137 (dilihat dari nilai ETo
tertinggi dalam satu tahun)
·
ETo = 15.137 x factor koreksi (Februari)
= 14.077
Grafik
1. Perhitungan Eto metode Penman – Monteith
Grafik
2. Perhitungan Eto metode Thronwhaite
Grafik
3. Gabungan grafik metode Penman-Monteith dan Metode Thronwhaite
C . Pembahasan
Metode yang digunakan untuk mengetahui
besarnya kebutuhan air tanaman adalah metode penman, blane-Criddle dan
Thornwhaite. Dalam praktikum ini, ada dua metode yang digunakan yaitu metode
Penman dan Thornwhaite. Pada teori Penman ada dua persyaratan yang harus
dipenuhi jika berlangsung penguapan terus – menerus. Persyaratan itu adalah
harus ada penyediaaan energi yang memberi bahan penguapan laten dan harus ada
suatu mekanisme untuk memindahkan uap jika hal itu terjadi.
Pada
metode Thornwhaite, metode ini mendekati laju evapotranspirasi potensial dengan
menggunakan ideks panas bulanan, terutama untuk tanaman – tanaman yang berjarak
rapat dan pendek. Seperti pada metode Penman, posisi tempat di permukaan bumi
merupakan faktor yang penting. Begitu pula dengan metode ini, masih diperlukan
koreksi terhadap nilai evapotranspirasi potensial hipotetik dengan koefisien
yang sesuai dengan lokasi dan bulannya.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi nilai evapotranspirasi acuan (ETo) adalah meteorologi
(meliputi radiasi matahari, suhun udara dan permukaan, kelembaban, angin,
tekanan dan barometer), faktor geografi( meliputi kualitas air, jeluk tubuh
air, ukuran dan bentuk permukaan air), dan faktor – faktor lainnya seperti kandungan
lengas tanah, karakteristik kapiler
tanah, jeluk muka air tanah, warna tanah,
tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi, ketersediaan air (hujan, irigasi
dan lain-lain).
Nilai
Eto 1 februari menggunakan metode penman adalah 3,756 mm/hari, pada tanggal 2
februari 3,091 mm/hari, setiap harinya tidak pernah sama. Perbedaan nilai Eto
ini disebabkan oleh terjadinya perbedaan suhu yang terjadi setiap harinya,
serta faktor – faktor lain yang mempengaruhinya. Suhu rata – rata bulan
februari adalah 27,954 ˚C, melebihi angka 26, sehingga rumus yang digunakan
untuk menghitung indeks panas bulanan (i) adalah i = (T/5)^1,54.
V . KESIMPULAN DAN SARAN
A . Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan, didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut
:
1. Metode
yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya kebutuhan air tanaman adalah
metode Penman, blane-Criddle dan Thornwhaite
2. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi yaitu faktor meteorologi,
geografi dan faktor lainnya.
3. Nilai
rata – rata Eto yang didapat dengan metode FAO Penman – Monteith pada bulan
Februari adalah 38,772
4. Nilai
Eto 1 februari menggunakan metode penman adalah 4,004 mm/hari, pada tanggal 2
februari 3,306 mm/hari, setiap harinya tidak pernah sama.
B . Saran
Harap diberikan waktu yang lebih lama
untuk penulisan atau pembuatan lampiran.
DAFTAR PUSTAKA
Harto,
Sri.1993. Analsisi Hidrologi. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Lakitan,
Benyamin. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Pasandaran,
Effendi dan Donald C.T. 1984.Irigasi Perencanaan dan Pengelolaan. Gramedia.
Jakarta.
Seyhan,
Ersin. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Soemarto,
C.D. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta.